Sabtu, 01 Februari 2014

Makalah tentang Desa Adat Penglipuran

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada kita. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasullullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya,  Amin.
            Alhamdulillah Penulis dapat menyelesaikan tugas dari dosen pengampu mata kuliah Kerja Lapangan. dengan judul “Mengulas Tentang Desa Wisata Penglipuran”.
            Makalah ini disusun berdasarkan apa yang Penulis dapat dari dosen pengampu mata kuliah kerja Lapangan dan sumber–sumber  literatur lain yang relevan. Namun demikian Penulis menyadari jika adanya kekurangan–kekurangan di dalam makalah ini dan oleh karena kekurangan itu untuk dapat terlengkapi melalui diskusi serta bimbingan dan arahan dari dosen pengampu.
            Cukup sekian yang dapat Penulis ungkapkan dalam kata pengantar ini, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
            Demikian dan terima kasih.


                                                                        Pekalongan, 20 Januari  2014










DAFTAR ISI

Halaman  Judul                                                                                   i
Kata Pengantar                                                                                   ii
Daftar  Isi                                                                                            iii

BAB I             : PENDAHULUAN                                                 
1. Latar Belakang                                                                          1
2. Perumusan Masalah                                                                  3
3.      Tujuan                                                                                     3

BAB II            : PEMBAHASAN
A.    Pengertian Desa Penglipuran                                                   5
B.     Bentuk Kearifan Lokal Desa Penglipuran                              8


BAB III           : PENUTUP
A. Simpulan                                                                                 13
                                                                 

Daftar Pustaka                                                                                  14







BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Bali memiliki obyek wisata yang menyajikan pesona budaya penduduk lokal dan aktivitas keseharian mereka. Obyek tersebut adalah Desa Adat Penglipuran. Desa Penglipuran yang telah didaulat menjadi desa adat sejak tahun 1992 ini merupakan kawasan perdesaan di Bali yang memiliki tatanan teratur baik secara fisik maupun struktur pemerintahan desa, serta tidak lepas dari nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat.
Desa Penglipuran salah satu desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan bentuk rumah yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan teratur.
Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul) seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat pedesaan di Bali. Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari.


B.     Perumusan Masalah
1.      Apa Yang Di Maksud Dengan Desa Penglipuran?
2.      Bagaimana Bentuk Kearifan Lokal Desa Penglipuran?

C.     Tujuan Pembahasan
1.      Agar Mengetahui Tentang Desa Penglipuran.
2.      Untuk Mengetahui Tentang Kearifan Lokal Desa Penglipuran.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sekilas Tentang Desa Penglipuran
Desa Adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. Sehingga dengan demikian Desa Adat Penglipuran merupakan obyek wisata budaya. Keasrian Desa Adat Penglipuran dapat dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa dengan hijau rerumputan pada pinggiran jalan dan pagar tanaman menepi sepanjang jalan, menambah kesejukan pada daerah prosesi desa.
Pada areal catus pata setelah prosesi tersebut, merupakan areal tapal batas memasuki Desa Adat Penglipuran. Balai wantilan dan fasilitas kemasyarakatan serta ruang terbuka pertamanan, merupakan daerah selamat datang (Welcome Area).. Areal berikutnya adalah areal tatanan pola desa, yang diawali dengan gradasi ke fisik desa secara linier ke arah kanan dan kiri.
B.     Bentuk Kearifan Lokal Desa Penglipuran
Bali memang mengagumkan. Selalu ada hal yang patut untuk diceritakan tentang Bali. Senantiasa ada adat dan budaya Bali yang layak untuk diangkat dan sayang untuk dilewatkan.  Salah satunya adalah Desa Penglipuran. Kebetulan kunjungan 3 hari ke Bali kemarin sempat beranjang sana ke sana.
Gambar selamat datang
Desa Penglipuran merupakan salah satu desa di Bali yang sampai saat ini masih memegang teguh budayanya. Jika kita ingin melihat kawasan permukiman adat yang tertata dengan rapi dan sangat konseptual, Penglipuran lah tempatnya. Jika ingin mengenal konsep permukiman yang sangat kental dengan kearifan lokal, Penglipuran lah salah satu yang layak dituju. Tidak heran jika desa ini sering dijadikan lokasi tujuan bagi para mahasiswa arsitektur atau perencanaan perkotaan sebagai salah satu objek kunjungan studinya. Tentunya selain sebagai obyek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Desa Penglipuran masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani – Bangli. Kata “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura”. Artinya, tempat suci untuk mengenang para leluhur. Jaraknya sekitar 45 km dari Kota Denpasar. Desa  Penglipuran memiliki luas sekitar 112 Ha., yang terdiri dari tegalan, hutan bambu, permukiman, dan beragam fasilitas umum seperti pura, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Berada di perbukitan dengan ketinggian berkisar 700 m dpl, menjadikan Penglipuran sebagai kawasan yang cukup sejuk.

Memasuki kawasan Desa Penglipuran, kita sudah dihadapkan pada konsep permukiman yang ramah lingkungan. Dengan tegas kawasan Penglipuran tidak memperkenankan mobil maupun kendaraan bermotor lainnya memasuki kawasan. Seluruh kendaraan bermotor hanya dapat mencapai pelataran parkir yang disediakan di depan kawasan.

Karena telah ditetapkan sebagai desa wisata, untuk memasuki Desa Penglipuran, harus membayar tiket masuk. Tapi tidak perlu khawatir, tidak terlalu mahal. Wajar saja. Sangat wajar jika dibandingkan dengan kekaguman akan keasrian permukiman yang tertata apik dan terpelihara dengan baik yang bisa kita nikmati.
Desa Wisata Penglipuran terlihat begitu asri. Keasrian kawasan telah menerpa pengunjung saat pertama kaki melangkah memasuki kawasan. Selain asri, juga sangat bersih. Sangat sulit untuk menemukan sampah yang tercecer di sana, apalagi onggokan sampah. Tidak ada sama sekali. Di beberapa sudut disediakan tempat sampah dengan desain yang cukup unik. Kerimbunan pepohonan di sepanjang jalan utama yang membelah desa juga menambah suasana asri. Di sekitar pintu gerbang masuk desa terdapat area yang dinamakan catus pata yang merupakan area yang terdiri dari balai desa, fasilitas masyarakat, dan ruang terbuka hijau berupa taman nan asri. Semuanya  tertata dengan apik. Perpaduan tatanan struktur ruang desa tradisional dan konsep wisata desa yang cukup menjual.
Penataan fisik bangunan dan pola penataan kawasan di Desa Wisata Penglipuran sangat kental dengan budaya Bali yang tetap dipegang teguh oleh masyarakatnya. Budaya yang berlaku turun temurun. Nuansa tradisional Bali sangat terasa. Terdapat jalan utama yang membelah desa dengan deretan gerbang/pintu masuk menuju rumah-rumah. Pintu masuk ke tiap rumah didesain dengan bentuk yang sama, biasa disebut angko-angko. Pintu sengaja dibuat tidak terlalu lebar dengan maksud agar tidak dapat dilalui oleh motor. Tiap gerbang ditempeli tulisan keterangan tentang nama pemilik rumah dan anggota keluarga.
Jalan utama terus menanjak, disertai undakan-undakan dan di ujungnya terdapat pura. Jalan-jalan di lingkungan perumahan terbuat dari batu alam yang dihiasi rumput di sepanjang kanan dan kiri jalan. Deretan pohon kemboja tidak ketinggalan memunculkan nuansa khas Bali.
Selain suasananya yang asri dan sangat mengagumkan, penduduk desa juga sangat ramah terhadap setiap tamu yang datang. Sempat memasuki beberapa rumah yang ada, mereka menyapa dengan ramah, “Silakan masuk Bu, lihat-lihat di dalam”. Mereka dengan ramah berusaha menjelaskan tentang Desa Wisata Penglipuran. Di dalam rumah yang dikunjungi ternyata kita dapat menemukan beberapa pengrajin yang sedang membuat beragam kerajinan khas Bali. Belum sempat bertanya, mereka sudah menjelaskan, “Kami hanya diperbolehkan untuk berjualan di dalam area rumah masing-masing, tidak diperbolehkan jualan di sepanjang jalan utama”. Ternyata konsep itu pula yang membuat kawasan tertata dengan apik.
Desain rumah dibuat hampir sama, yaitu menggunakan konsep rumah tradisional khas Bali atau rumah adat Bali. Tiap rumah memiliki bagian-bagian rumah yang dibangun terpisah. Terdiri dari beberapa bangunan yang berdiri sendiri, walau letaknya tidak berjauhan. Masing-masing rumah terdiri dari bangunan rumah utama, bale-bale, dapur, jineng untuk lumbung padi, dan tempat suci untuk pemujaan. Terdapat pula konsep/pakem yang harus ditaati. Misal tentang arah dan lokasi dari masing-masing bangunan. Sangat menarik. Istimewanya, setiap rumah dipastikan terdapat tempat pemujaan berupa pura mini.
Di ujung jalan utama terlihat pura yang merupakan landmark kawasan. Sebuah pura yang menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat Desa Penglipuran. Seperti desa adat lainnya, banyak ritual keagamaan yang terselenggara di sana. Ada pula ritual yang dilakukan setiap hari.
Desa ini dapat dicapai melalui jalan yang menghubungkan Bangli dengan Kintamani. Dari kota Bangli ke utara sampai ke desa Kubu kira-kita 5km lalu belok kiri, kita akan tiba di Penglipuran dan akan disambut dengan hangat oleh warga desa.
Jika anda masih bingung mencapai desa yang beberapa kali menjadi lokasi syuting FTV dan film ini, e-kuta.com menyediakan jasa sewa mobil + driver yang ramah, tidak merokok dan professional.
Desa ini berudara sejuk karena terletak 700 m di atas permukaan laut. Dari sudut pandang sejarah dan menurut para sesepuh, kata “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura” yang berarti tempat suci mengenang para leluhur.
Tempat ini sangat berarti sejak leluhur mereka datang dari desa Bayung Gede ke Penglipuran jaraknya cukup jauh, oleh karena itu masyarakat Penglipuran mendirikan pura yang sama sebagaimana yang ada di desa Bayung Gede. Dalam hal ini berarti masyarakat Penglipuran masih mengenal asal usul mereka.
Pendapat lain mengatakan bahwa “Penglipuran” berasal dari kata “Penglipur” yang berarti “penghibur” karena pada jaman kerajaan tempat ini dijadikan tempat peristirahatan.
Desa ini memiliki potensi budaya yang hingga saat ini masih dilestarikan dalam bentuk rumah tradisional yang membedakan desa ini dari desa-desa yang lainnya.
Jumlah penduduknya 743 orang kebanyakan dari mereka hidup sebagai petani dan hanya sebagian kecil sebagai pegawai negeri. Tari-tarian dan cenderamata berkembang dengan baik di desa terpencil ini.(dikutip dari berbagai sumber)


BAB III
PENUTUP

  1. Simpulan
Desa Penglipuran salah satu desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan bentuk rumah yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan teratur.
Desa Penglipuran masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani – Bangli. Kata “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura”. Artinya, tempat suci untuk mengenang para leluhur. Jaraknya sekitar 45 km dari Kota Denpasar. Desa  Penglipuran memiliki luas sekitar 112 Ha., yang terdiri dari tegalan, hutan bambu, permukiman, dan beragam fasilitas umum seperti pura, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Berada di perbukitan dengan ketinggian berkisar 700 m dpl, menjadikan Penglipuran sebagai kawasan yang cukup sejuk.


DAFTAR PUSTAKA
http://e-kuta.com/blog/tempat-wisata/desa-tradisional-penglipuran.htm
http://octhawidi.blogspot.com/2012/11/latar-belakang-sejarah-desa-adat.html
dari individu:
Kepala Adat

MAsyarakat adat Penglipuran








Post title : Makalah tentang Desa Adat Penglipuran
URL post : http://didiklaw.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-desa-adat-penglipuran_1.html

0 komentar:

Show Emoticons

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :q: :s:

Posting Komentar