KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kesehatan kepada kita. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Baginda Rasullullah Muhammad SAW beserta keluarga,
para sahabat dan umatnya, Amin.
Alhamdulillah Penulis dapat menyelesaikan tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Kerja Lapangan.
dengan judul “Mengulas Keunggulan Desa Penglipuran”.
Makalah ini disusun berdasarkan apa yang Penulis dapat
dari dosen pengampu mata kuliah kerja
Lapangan dan sumber–sumber literatur lain yang relevan. Namun demikian
Penulis menyadari jika adanya kekurangan–kekurangan di dalam makalah ini dan
oleh karena kekurangan itu untuk dapat terlengkapi melalui diskusi serta bimbingan
dan arahan dari dosen pengampu.
Cukup sekian yang dapat Penulis ungkapkan dalam kata
pengantar ini, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Demikian dan terima kasih.
Pekalongan,
22 Januari 2014
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Perumusan Masalah 3
3. Tujuan 3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Keunggulan Desa Adat Penglipuran 8
BAB
III : PENUTUP
A.
Simpulan
13
Daftar Pustaka 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa adat penglipuran
merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional. sehingga mampu
menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dan struktur desa, tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang
sudah berlaku turun temurun. Areal pemukiman serta jalan utama desa adat
penglipuran adalah areal bebas kendaraan terutama roda empat. Keadaan ini, semakin memberikan kesan nyaman bagi para
wisatawan yang datang. Kata penglipuran berasal dari kata penglipur yang
artinya penghibur, karena semenjak jaman
kerajaan , tempat ini adalah salah satu tempat yang bagus untuk peristirahatan.
Selain itu, menurut masyarakat kata penglipuran juga
dipercaya berasal dari kata Pengeling Pura yang berarti sebagai tempat yang
suci untuk mengingat para leluhur. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai
petani dan kini mereka mulai beralih ke usaha industri kecil dan kerajinan
rumah tangga.Dengan memanfaatkan bamboo sebagai bahan bakunya/ menjadikan desa
penglipuran sebagai komunitas yang unik diantara kemajuan pulau dewata yang
semakin pesat. Sesuai dengan kosep yang ada, desa adat penglipuran dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bangunan suci yang terletak di hulu/ perumahan di
tengah, dan lahan usaha tani di pinggir
atau hilir. Di Pura Penataran/ masyarakat desa adat penglipuran memuja Dewa
Brahma manifestasi Ida Sang Hyang Widi sebagai pencipta alam semesta beserta
isinya.
Dan masyarakat desa adat penglipuran percaya bahwa
leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani.Dilihat dari segi
tradisi, desa adat ini menggunakan sistem pemerintahan hulu apad.Pemerintahan
desa adatnya terdiri dari prajuru hulu apad dan prajuru adapt. Prajuruhulu apad
terdiri dari jero kubayan, jero kubahu,
jero singgukan, jero cacar, jero balung dan jero pati. Prajuru hulu apad otomatis dijabat oleh mereka
yang paling senior dilihat dari usia perkawinan tetapi yang belum ngelad.Ngelad
atau pensiun terjadi bila semua anak sudah kawin atau salah seorang cucunya
telah kawin.
Mereka yang baru kawin duduk pada posisi yang paling
bawah dalam tangga keanggotaan desa adapt. Menyusuri jalan utama desa kearah
selatan anda akan menjumpai sebuah tugu pahlawan yang tertata dengan rapi. Tugu ini dibangun untuk memperingati serta
mengenang jasa kepahlawanan Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang lebih dikenal
dengan nama kapten Mudita.Anak Agung Gde Anom Mudita, gugur melawan penjajah Belanda pada tanggal
20 November 1947. Taman Pahlawan ini dibangun oleh masyarakat desa adat
penglipuran sebagai wujud bakti dan hormat mereka kepada sang pejuang.Bersama
segenap rakyat Bangli, Kapten Mudita
berjuang tanpa pamrih demi martabat dan harga diri bangsa sampai titik darah
penghabisan.
B. Perumusan
Masalah
1.
Apa Keunggulan
dan Daya Tarik desa Penglipuran?
C. Tujuan
Pembahasan.
1.
Agar Mengerti
Keunggulan dan Daya Tarik desa Penglipuran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keunggulan
dan Daya Tarik desa Penglipuran
Desa Penglipuran merupakan salah satu daerah di Bali
terutama di Kabupaten Bangli yang memiliki banyak julukan, diantaranya: Desa
Adat, Desa Budaya, dan Desa Wisata. Hal tersebut ditinjau dari berbagai aspek
seperti: sistem adat, tata ruang,
perkawinan, bentuk bangunan dan topografi, upacara kematian,
stratifikasi social, kesenian, mata pencaharian, organisasi, dan obyek wisata .
1. Sistem Adat
Di desa Penglipuran terdapat dua sistem dalam
pemerintahan yaitu menurut sistem pemerintah atau sistem formal yaitu terdiri
dari RT dan RW, dan sistem yang otonom atau Desa adat. Kedudukan desa adat
maupun desa formal berdiri sendiri-sendiri dan setara. Karena otonom, desa adat
mempunyai aturan-aturan tersendiri menurut adat istiadat di daerah penglipuran
dengan catatan aturan tersebut tidak
bertentangan dengan pancasila dan Undang-undang pemerintah.Undang-undang
atau aturan yang ada di desa penglipuran disebut dengan awig-awig. Awig-awig
tersebut merupakan implementasi dari landasan operasional masyarakat penglipuran
yaitu Tri Hita Karana.Tri Hita Karana tersebut yaitu sebagai berikut :
a.
Prahyangan, adalah hubungan manusia dan tuhan. Meliputi penentuan hari
suci,tempat suci dan lain-lain.
b.
Pawongan, adalah hubungan manusia dan manusia. Meliputi hubungan
masyarakat penglipuran dengan masyarakat desa lain, maupun hubungan dengan
orang yang bedaagama. Dalam pawongan bentuk-bentuknya meliputi sistem
perkawinan,organisasi, perwarisan dan lain-lain.
c.
Hubungan manusia dan lingkungan, masyarakat desa penglipuran diajarkan
untuk mencintai alam lingkungannya dan selalu merawatnya, tidak heran kalau
desa penglipuran terlihat begitu asri.
Filsafat hubungan yang selaras antara alam dan manusia
dan kearifan manusia mendayagunakan alam sehingga terbentuk ruang kehidupan
terlihat jelas di Penglipuran dan daerah lain di Bali. Oleh karena itu
visualisasi estetika pada kawasan ini bukan merupakan barang langka yang sulit
dicari, melainkan sudah menyatu dalam tata lingkungannya.
2. Tata Ruang
Tata ruang desa penglipuran dikenal dengan Tri Mandala
yang terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Utama
Mandala
Orang Penglipuran biasa menyebutnya sebagai Utama
Mandala , yang bias diartikan sebagai tempat suci. Ditempat inilah orang-orang
Penglipuran melakukan kegiatan sembahyang kepada Sang Hyng Widi yang mereka
percaya sebagai Tuhan mereka.
b. Madya
Mandala
Biasanya adalah berupa pemukiman penduduk yang
berbanjar sepanjang jalan utama desa.Barisan itu berjejer menghadap kearah
barat dan timur.Saat ini jumlah rumah yang ada disana ada sebanyak 70 buah.Tata
ruang pemukimannya sendiri adalah sebelah utara atau timur adalah purakeluarga
yang telah diaben.Sedangkan Madya Mandala adalah rumah keluarga. Di tiap rumah
pun terdapat tata ruang yang telah diatur oleh adat.Tata ruang nya adalah
sebelah utara dijadikan sebagai tempat tidur, tengah digunakan sebagi tempat
keluarga sedangkan sebelah timur dijadikan sebagai tempat pembuangan atau MCK.
Dan bagian nista dari pekarangan biasanya berupa jemuran, garasi dan tempat penyimpanan
kayu.

c. Nista
Mandala
Nista mandala ini adalah tempat yang paling buruk,
disana terdapat kuburan dari masyarakat penglipuran.
Konsep tri mandala tidak hanya berlaku bagi tata ruang
desa tetapi juga bagi tata ruang rumah hunian. Setiap kapling rumah warga
Penglipuran terbagi menjadi tiga bagian. Di halaman depan, terdapat bangunan
angkul-angkul dan ruang kosong yang disebut natah; bagian tengah adalah tempat
berkumpulnya keluarga; dan di bagian paling belakang erdapat toilet, tempat
jemuran, atau kandang ternak.
3. Perkawinan
Di desa ini ada adat yang berlaku soal perkawinan
yakni pelarangan poligami terhadap para penduduknya. Adat melarang hal tersebut
demi menjaga para wanita. Meskipun ada yang boleh melakukan poligami namun akan
mendapat sanksi. Sanksi biasanya si poligami akan ditempatkan pada tempat yang
bernama nista mandala. Dan dilarang melakukan perjalanan dari selatan ke utara
karena wilayah utara bagi orang penglipuran adalah wilayah yang paling suci.
Masyarakat Penglipuran juga pantang
untuk menikahi tetangga disebelahkanan dan sebelah kiri juga sebelah depan dari
rumahnya. Karena tetangga-tetangganya tersebut sudah dianggap sebagai keluarga
sendiri.. Bagi warga yang ingin menikah dengan orang di luar Penglipuran bisa
saja. Dengan ketentuan bila mempelai laki-laki dari Penglipuran maka mempelai
perempuan yang dari daerah lain harus masuk menjadi bagian dari adat
Penglipuran. Yang menarik adalah jika mempelai perempuan dari desa penglipuran
dan laki-lakinya dari adat yang lain, maka bisa saja laki-laki tersebut masuk
ke dalam adat Penglipuran dan hidup di desa Penglipuran tetapi dengan
konsekuensi laki-laki tersebut dianggap wanita oleh warga lainnya. Maksudnya
tugas-tugas adat yang dialaksanakan adalah tugas untuk para wanita bukan tugas
para lelaki.
4. Bentuk Bangunan dan Topografi
Topografi desa tersusun sedimikian rupa dimana pada
daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi demikian seterusnya menurun sampai
daerah hilir. Pada daerah desa terdapat Pura penataran dan Pura Puseh yang
merupakan daerah utama desa yang unik dan spesifik karena disepanjang jalan
koridor desa hanya digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya dilengkapi
dengan atribut-atribut struktur desa; seperti tembok penyengker, angkul-angkul
dan telajakan yang seragam. Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping
karena adanya keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah
untuk tembok penyengker dan angkul-angkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang
dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap, dinding
maupun lain-lain kebutuhan merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena
desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan teritorial
desa Penglipuran.
5. Upacara Kematian (Ngaben)
Seperti daerah lain yang ada di Bali, di Penglipuran
masyarakatnya mengadakan upacara yang biasa disebut ngaben. Dimana ngaben ini
adalah suatu upacara kematian dalam rangka mengembalikan arwah orang yang
meninggal yang awalnya menurut kepercayaan orang Bali arwah tersebut masih
tersesat kemudian dikembalikan ke pura kediaman si arwah. Yang membedakan
daerah ini hanyalah pada ritualnya saja. Dimana apabila orang bali lain ngaben
dilakukan dengan cara membakar mayat, di Penglipuran mayat di kubur. Menurut
analisa hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Penglipuran sebagai tanda hormat
dan juga sebagai cara untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan buruk mengingat
daerah Penglipuran yang berada didaerah pegunungan yang jauh dari laut, seperti
yang kita tahu bahwa abu jenasah yang telah dibakar harus dilarung atau dibuang
ke laut sedangkan bagi orang Bali menyimpan abu jenasah adalah suatu pantangan,
jadi solusi terbaik adalah dimakamkan.
6. Stratifikasi Sosial
Di Penglipuran hanya ada satu tingkatan kasta yaitu Kasta
Sudra, jadi di Penglipuran kedudukan antar warganya setara. Hanya saja ada
seseorang yang diangkat untuk memimpin mereka yaitu ketua adat. Pada saat ini
ketua adat yang masih menjabat adalah I Wayan Supat. Pemilihan ketua adat
tersebut dilakukan lima tahun sekali.
7. Kesenian
Di Desa
Penglipuran terdapat tari-tarian yaitu tari Baris. Tari Baris sebagai salah
satu bentuk seni tradisional yang berakar kuat pada kehidupan masyarakatnya dan
hidup secara mentradisi atau turun temurun, dimana keberadaan Tari Baris Sakral
di Desa Adat Penglipuran adalah merupakan tarian yang langka, dan berfungsi
sebagai tari penyelenggara upacara dewa yadnya. Adapun iringan gambelan yang
mengiringi pada saat pementasan semua jenis Tari Baris Sakral tersebut adalah
seperangkat gambelan Gong Gede yang didukung oleh Sekaa Gong Gede Desa Adat
Penglipuran. Unsur bentuk ini meliputi juga keanggotaan sekaa Baris sakral ini
di atur di dalam awig-awig Desa Adat Penglipuran. Kemudian nama-nama penari
ketiga jenis Baris sakral ini juga telah ditetapkan, yakni Baris Jojor 12
orang, Baris Presi 12 orang, dan Baris Bedil 20orang.
Tempat
wisata Desa Penglipuran
a. Tugu
Pahlawan
Di Lingkungan desa terdapat Tugu Pahlawan Pengllipuran
sebagai simbol Perjuangan kapten Anang Agung Anom Mudita dari Puri Kanginan
Bangli. Agung Gde Anom Mudita, gugur melawan penjajah Belanda pada tanggal 20
November 1947. Taman Pahlawan ini dibangun oleh masyarakat desa adat
penglipuran sebagai wujud bakti dan hormat mereka kepada sang pejuang.Bersama
segenap rakyat Bangli, Kapten Mudita berjuang tanpa pamrih demi martabat dan
harga diri bangsa sampai titik darah penghabisan. Tugu ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab krama desa adat penglipuran dan tidak dillimpahkan kepada
pemerintah.
b. Hutan
Bambu
Desa Pengelipuran selain memiliki daya pesona budaya
yakni keunikan rumah warganya, juga memiliki daya tarik wisata yakni hamparan
hutan bambu yang luasnya mencapai lebih dari 75 hektar. Hutan ini selain
dimiliki warga desa adat juga menjadi salah satu objek wisata yang acapkali
dikunjungi wisatawan baik yang ingin menyaksikan berbagai jenis bambu, maupun
mereka yang hanya ingin sekedar menikmati suasana di tengah hutan bambu.
Hutan Bambu yang ada di Desa Penglipuran mempunyai
luas areal sekitar 45 hektar dengan berbagai jenis bambu yakni terdiri dari
Bambu Petung, Bambu Jajang Aya, Bambu Jajang Abu, Bambu Tali, Bambu Papah,
Bambu Suet
dan jenis bambu lainnya, tetapi terdapat beberapa jenis bambu sudah mengalami
kepunahan. Hutan Bambu ini sebagian dimiliki oleh desa
adat dan sebagian lagi dimiliki oleh masyarakat.
Suasana sunyi di tengah hutan, selain akan memberikan
suasana tersendiri bagi wisatawan, juga akan makin mendekatkan wisatawan akan
keindahan alam yang ada di hutan bambu Desa Penglipuran. Usai menikmati
keindahan hutan bambu, wisatawan juga bisa menyaksikan perkebunan penduduk
serta aktivitas pembuatan aneka bentuk anyaman bambu yang dikerjakan oleh warga
Penglipuran. Kondisi ini tentunya akan menambah pengalaman wisatawan.
BAB III
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
Desa
Adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik
dari struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan yang
asri. Penataan fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya
masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. Sehingga dengan demikian Desa
Adat Penglipuran merupakan obyek wisata budaya. Keasrian Desa Adat Penglipuran
dapat dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa dengan hijau rerumputan
pada pinggiran jalan dan pagar tanaman menepi sepanjang jalan, menambah
kesejukan pada daerah prosesi desa.
Desa adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu di
Kecamatan Bangli, Kabupaten Dati II Bangli. Luas desa adat Penglipuran kurang
lebih 112 ha, dengan batas wilayah desa adat Kubu di sebelah timur, di sebelah
selatan desa adat Gunaksa, dan di sebelah Barat Tukad Sang-sang, sedangkan di
sebelah utara desa adat Kayang.Desa Adat Penglipuran terletak di kaki Gunung
Batur pada ketinggian 700 meter dpl. Desa Adat Penglipuran terletak pada jalur
wisata Kintamani, sejauh 5 Km dari pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota
Denpasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber dari perorangan:
Kepala Adat Desa Penglipuran
Sekolompok kecil warga
Dari Networking
http://beautifulbali-bangli.blogspot.com/2012_01_01_archive.html
http://octhawidi.blogspot.com/2012/11/latar-belakang-sejarah-desa-adat.html
Post title : Makalah tentang desa adat Penglipuran Bali
URL post : http://didiklaw.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-desa-adat-penglipuran.html
URL post : http://didiklaw.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-desa-adat-penglipuran.html
0 komentar:
Show Emoticons
Posting Komentar