Selasa, 03 Juni 2014

LPJ bantuan hukum masyarakat

Meat Ball Shop


LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN KEGIATAN
PRAKTEK BANTUAN HUKUM MASYARAKAT
Peningkatan Kesadaran Siswa Terhadap
Penganggulangan Seks Bebas Dari Sudut Pandang Moralitas
Di Sekolah Menengah Kejuruan Medika Kota Pekalongan


Disusun Oleh :
                  2014                  

HALAMAN PENGESAHAN
1.Judul                :      Peningkatan Kesadaran Siswa Terhadap Penganggulangan Seks Bebas Dari Sudut Pandang Moralitas di SMK N. 2 Kota Pekalongan.
2.Ketua Kelompok
a.Nama Lengkap                                                            : 
b.TTL                                                                             : 91         
c.Jenis Kelamin                                                              : Pempuan  
d.NPM                                                                           : 3112                           
e.Alamat Rumah                                                            : Besa    
f.No. Hp                                                                        : 017  

  3.Jumlah Anggota                                                        : 5 Orang
Nama Anggota                                                              : lah
Nama Anggota                                                              : udi
Nama Anggota                                                              : o
Nama Anggota                                                              : n
Nama Anggota                                                              : dah
  
4. Lokasi Kegiatan                                                         :SMKN 2 Kota Pekalongan    

                                                                                       Pekalongan,    Mei 2014

       Dosen Pembimbing Lapangan                                         KETUA TIM

      Ai, SH. MHum                                   N N.
      NPP. 1121                                                               NPM. 02112

Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum UNIKAL

EG, SH, M.HUM
NPP. 1110


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
USULAN KEGIATATAN……………………………                                1
a.         Latar Belakang…………………………………                                1
b.         Permasalahan…………………………………..                                2
c.         Tujuan dan Manfaat……………………………                                3
d.         Metode Pelaksanaan…………………………..                                 4
e.         Pelaksana Kegiatan     …………………………                                4
f.          Lokasi Kegiatan……………………………….                                 5
g.         Jadwal Kegiatan………………………………                                 5
h.         Biaya Kegiatan……………………………….                                  5
LAMPIRAN-LAMPIRAN






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seks pada hakekatnya merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks.Sedangkan perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang mengatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi, cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan ketentuan ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas batas kehormatan dan kemanusiaan. Biasanya hubungan intim antara dua orang lawan jenis cenderung lebih bersifat emosional primer, dan apabila terpisah atau mendapat hambatan, maka keduanya akan merasa terganggu atau kehilangan jati dirinya. Berbeda dengan hubungan intim yang terjadi dalam kehidupan masyarakat modern, biasanya cenderung bersifat rasional sekunder. Anak-anak yang mulai tumbuh remaja lebih suka berbicara seks dikalangan teman-temannya. Jika hubungan intim itu terpisah atau mendapat hambatan, maka mereka tidak akan kehilangan jati diri dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam lingkungan pergaulan lainnya. Lembaga keluarga yang bersifat universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan keagamaan dan moral, memelihara, perlindungan dan rekreasi terhadap anggota-anggota keluarganya, dalam berhadapan dengan proses modernitas sosial, cenderung kehilangan fungsinya. Sebagai konsekuensi proses sosialisasi norma-norma yang berhubungan batas-batas pola dan etika pergaulan semakin berkurang, maka pengaruh pola pergaulan bebas cenderung lebih dominan merasuk kedalam kebiasaan baru. Seks sebagai kebutuhan manusia yang alamiah tersebut dalam upaya pemenuhannya cenderung didominasi oleh dorongan naluri seks secara subyektif.Akibatnya sering terjadi penyimpangan dan pelanggaran perilaku seks di luar batas hak-hak kehormatan dan tata susila kemanusiaan. Latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.         Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas;
2.         Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas; setara dengan kuantitas pengetahuan tentang perilaku seks pada lingkungan sosial dan kelompok pertemanan;
3.         Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan sehari hari;
4.         Sensitifitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relatif tinggi;
5.         Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang;
6.         Rendahnya keperdulian dan kontrol sosial masyarakat;
7.         Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan;
8.         Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya;
9.         Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks;
10.       Kesepian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau
11.       karena keinginan untuk menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga;
12.       Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
Berdasarkan alasan tersebut, maka semakin terbukalah pergaulan bebas antara pria dan wanita, baik bagi kalangan remaja maupun kalangan yang sudah berumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena sosialisasi norma dalam keluarga tidak efektif, sementara cabang hubungan pergaulan dengan berbagai pola perilaku seks di luar rumah meningkat yang kemudian mendominasi pembentukan kepribadian baru. Kalangan remaja pada umumnya lebih sensitif menyerap struktur pergaulan bebas dalam kehidupan masyarakat. Bagi suami isteri yang bekerja di luar rumah, tidak mustahil semakin banyak meninggalkan norma-norma dan tradisi keluarga sebelumnya, kemudian dituntut untuk menyesuaikan diri dalam sistem pergaulan baru, termasuk pergaulan intim dengan lawan jenis dalam peroses penyelesaian pekerjaan. Kondisi pergaulan semacam ini seseorang tidak hanya mungkin menjauh dari perhitungan nilai harmonisasi keluarga, akan tetapi selanjutnya semakin terdorong untuk mengejar karier dalam perhitungan ekonomis material. Kenyataan ini secara implicit melembaga, dimaklumi, lumrah, dan bahkan merupakan kebutuhan baru bagi sebagian besar keluarga dalam masyarakat modern. Kebutuhan baru ini menuntut seseorang untuk membentuk system pergaulan modernitas yang cenderung meminimalisasi ikatan moral dan kepedulian terhadap hukum-hukum agama. Sementara di pihak lain, jajaran pemegang status terhormat sebagai sumber pewarisan norma, seperti penegak hukum, para pemimpin formal, tokoh masyarakat dan agama, ternyata tidak mampu berperan dengan contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan statusnya. Sebagai konsekuensinya adalah membuka peluang untuk mencari kebebasan di luar rumah. Khususnya dalam pergaulan lawan jenis pada lingkungan bebas norma dan rendahnya kontrol sosial, cenderung mengundang hasrat dan kebutuhan seks seraya menerapkannya secara bebas.
Bagi kalangan remaja, seks merupakan indikasi kedewasaan yang normal, akan tetapi karena mereka tidak cukup mengetahui secara utuh tentang rahasia dan fungsi seks, maka lumrah kalau mereka menafsirkan seks semata-mata sebagai tempat pelampiasan birahi,tak perduli resiko. Kendatipun secara sembunyi-sembunyi mereka merespon gosip tentang seks diantara kelompoknya, mereka menganggap seks sebagai bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Kelakar pornografi merupakan kepuasan tersendiri, sehinga mereka semakin terdorong untuk lebih dekat mengenal lika-liku seks sesungguhnya. Jika immajinasi seks ini memperoleh tanggapan yang sama dari pasangannya, maka tidak mustahil kalau harapan-harapan indah yang termuat dalam konsep seks ini benar-benar dilakukan, antara lain :
1. .Popularitas Perilaku Seks Bebas dalam kehidupan masyarakat Populernya perilaku seks di luar nikah, karena adanya tekanan dari teman-temannya atau mungkin dari pasangannya sendiri.Kemudian disusul oleh dorongan kebutuhan nafsu seks secara emosional, di samping karena rendahnya pemahaman tentang makna cinta dan rasa keingintahuan yang tinggi tentang seks.Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa gadis melakukan seks di luar nikah karena tekanan teman-temannya sesama wanita. Teman-temannya mengatakan bahwa: "Semua gadis modern melakukannya, kalau tidak, ya..termasuk gadis kampungan"; "Jaman sekarang tak ada lagi perawan perawanan, nikmati saja hidup ini dengan keindahan". Dengan demikian Ia melakukannya hanya untuk membuktikan bahwa iapun sama normalnya dengan kelompok teman modernnya yang telah terperangkap dalam penyimpangan moral. Ia ingin tetap diterima oleh kelompok temannya secara berlebihan, sehingga mengalahkan kepribadian dan citra diri. Pengakuan lain, bahwa melakukan seks dengan alasan agar cinta pasangannya semakin kuat, dan apabila aku tidak melakukannya, berarti aku tidak bias menunjukkan bukti cintaku kepadanya. Kecuali itu, karena mereka telah beribu-ribu kali memperoleh informasi tentang kehebatan dan kedahsyatan seks itu, baik dari pergaulan sehari-hari maupun dari mass media, seperti televisi, film, show, majalah dan brosur-brosur porno yang cenderung mengagungkan kehidupan seks inkonvensional, dimana terdapat kemudahan untuk berkencan intim, berpegangan, berpelukan, meraba, dan bahkan tidur bersama. Gosip-gosip seks secara bertubi-tubi dan secara berantai telah membakar rasa penasaran mereka terhadap seks, sehingga timbul pertanyaan dalam hayal mereka: "seperti apa sih rasanya seks itu"?, "apa benar sedahsyat yang dikatakan orang"?Dalam perasaan penasasan, mereka akhirnya mencari tahu sendiri dengan riset partisipatif. Setelah seks itu ditemukan dalam praktek, lalu semuanya terjawab dan ternyata sesuai dengan hipotesis, sehingga terbentuklah perilaku yang namanya KETAGIHAN. "kalau sudah basah, sekalian mandi saja; sekali terlanjur lebih baik seterusnya". Mantan perawan sekali nge-seks, sama artinya melakukan 6 atau 7 kali, toh perawan tak akan kembali, mengapa harus dibatasi? Di sinilah awal mulanya tumbuh pernyataan perang dari mereka terhadap segala macam norma yang membatasi kebebasan seks. Secara teoritis memang hubungan cinta ada yang bersifat platonis, yaitu cinta tanpa unsur nafsu badaniah terhadap kekasihnya. Cinta semacam ini pada prinsipnya mengandung semangat "apa yang dapat aku lakukan untukmu".Akan tetapi secara umum dalam perkembangannya, seks lebih didambakan secara fisik, ketimbang hubungan cinta dan kasih sayang. Sebagian pihak menganggap hubungan cinta dianggap sebagai alasan untuk memperoleh kepuasan seks semata. Di sinilah seks menjadi kepanjangan dari perasaan cinta. Kisah cinta yang konvensional dianggap tidak variatif, cengeng, ketinggalan jaman dan tidak jantan.Menanggapi perkembangan pemahaman pola kehidupan seks tersebut, dapat diasumsikan bahwa orang masa kini cenderung "lebih cepat jatuh seks ketimbang jatuh cinta". Cinta dan seks dikondisikan sebagai wujud sikap dan perilaku majemuk yang sekaligus mengandung unsur nilai persahabatan, pergaulan intim, menikmati kebersamaan, kasih sayang, hubungan seks, dan saling mempercayai antar sesama lawan jenisnya tanpa batas yang tegas. Dalam hubungan seks pada umumnya terdapat proses kesepakatan bahwa masing-masing pelaku berbuat secara sukarela dan bebas dari ikatan norma atau jaminan resiko jangka panjang. Semua perilaku seks disepakati sebagai sebuah kemerdekaan yang bebas dari tuntutan moral. Hubungan cinta cenderung tidak konsisten, tergantung kapan datangnya letupan perasaan kebutuhan seksual. Keperdulian terhadap kepentingan dan kegelisahan orang lain sering diwujudkan dalam katakata dan tindakan yang semu sebagai dalih atau muslihat untuk memperoleh hubungan seks. Kata-kata yang mengatasnamakan cinta sering dilontarkan sebagai jebakan yang sebenarnya mengandung unsur pemaksaan. Beberapa contoh pernyataan yang umum dilontarkan untuk memperoleh kesepakatan hubungan seks, misalnya: "Aku sudah terlalu lama menunggu, kalau malam ini kamu menolak, lupakan saja semuanya". "Aku bawa kondom sutra kok, tidak ada masalah". "Kamu kan bagian dari hidupku, dan aku bagian dari hidupmu, ayo dong!". "Toh tak ada bedanya isteri dan calon isteri. Kita toh siap kawin kalau ada apa-apa".
"Aku bisa saja dengan gadis lain, tapi aku hanya membutuhkan persatuan jiwa raga dengan engkau seorang". "Jika kamu benar-benar cinta, maka kamu tak akan tega menyiksa aku". Ungkapan-ungkapan tersebut sebenarnya bermaksud agar pasangannya tidak menunda-nunda hubungan seks yang dituntutnya.Jika kebutuhan terpenuhi, maka sementara waktu berikutnya hubungan komunikasi dan interaksi antar sesamanya menghambar. Dalam kondisi demikian biasanya timbul pikiran-pikiran rasional, perhitungan-perhitungan masa depan (what nexs) dan tuntutan aktualisasi diri dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
2. Karakteristik dan Pola Perkembangan Perilaku Seks Bebas dalam Kehidupan Masyarakat Ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa perilaku seks pranikah terpisah dari ukuran moral; artinya sah-sah saja sepanjang dilakukan atas dasar kebutuhan bersama. Ukuran moral berbicara tatkala hubungan seks terjadi melalui pemaksaan fisik.Seks pernikahan secara formal dilakukan sebagai suatu dalih umum lantaran sebelumnya terdapat hambatan atau kesulitan untuk mempeloleh seks.Keserasian seks dalam rumah tangga diperhitungkan melalui kuantitas pengalaman coba-coba bermain seks tersendiri dengan berganti-ganti pasangan. Sedangkan kualitas keserasian seks yang menyatu dalam kehidupan bersama antara dua pribadi yang utuh, bersatu dalam pembinaan dan tanggungjawab keluarga berdasarkan rambu-rambu hukum agama, moral dan budaya, dianggap sebagai tapal batas penghalang kenikmatan hubungan seks. Pola pikir dan perhitungan pria terhadap hubungan seks, cenderung tidak didasarkan pada penilaian baik buruknya pribadi dan perilaku pasangannya secara keseluruhan, atau jaminan kesetiaan hidup bersama dalam perspektif masa depan melainkan diukur semata-mata karena selera tertarik dari segi fisik yang indah montok dan menggiurkan. Sementara dipihak wanita masa kini seolah memberikan reaksi yang positif dengan sengaja bersikap, berperilaku (termasuk mode busana) yang secara nyata menonjolkan dan membuka bagianbagian tubuh yang diketahui mengundang birahi. Kalau diketahui karakteristik pria lebih merupakan gejala badaniah yang didorong oleh gemuruh seks yang dangkal sementara wanita cenderung memberikan peluang, maka meskipun pria sebagai sumber inisiatif penekan dalam melakukan serentetan pendekatan seks melalui pegangan tangan, ciuman, memeluk dan mencumbu; bukan berarti sebagai satu satunya pihak yang bertanggungjawab, tetapi pihak wanita juga menentukan tingkat intimitas batas kepantasan hubungan seks mereka. Oleh karena itu dalam perkembangan hubungan intim itu, lagi-lagi pihak wanita menyerah dan mengizinkan pria untuk memenuhi tuntutan seksnya, lantaran iapun sesungguhnya mempunyai deru-gelora nafsu seks tersendiri.Sebab bila puncak birahi ,keduanya telah seimbang, maka hampir tak ada orang yang sanggup menolak keinginan hubungan seksnya, baik dengan alasan-alasan rasional maupun alasan-alasan moral, dosa ataupun sanksi sosial. Dalam perburuan seks, kaum pria cenderung bersifat lebih independen dan interaktif dalam posisi meminta dan menekan (memaksa), sehingga tanpa disadari terjadi eksploitasi perilaku seks yang kemudian mengaburkan makna cinta dan seks. Pihak wanita sendiri memberikan reaksi seks dalam posisi terikat (dependen) dan tak mampu menolak tuntutan seks.Keterikatan wanita dalam perilaku seks masa kini cenderung salah kaprah menanggapi makna mitos cinta sejati yang berarti "rela memberikan segalanya". Hal ini justru diartikan sebagai proses kompromi seks yang saling merelakan segala yang berharga demi sebuah kenikmatan seks. Oleh karena itu nilai pengorbanan, harga diri dan penyesalan, akibat hubungan seks tersebut semaksimal mungkin ditiadakan.Artinya kebebasan seks cenderung dipandang sebagai perilaku pemuasan nafsu yang melahirkan kenikmatan belaka, dan melupakan realitas negatif akibat dari seks itu sendiri. Perilaku seks bebas, tak terkecuali perselingkuhan kaum pria dan wanita berumah tangga, dipandang sebagai kesenangan hidup tanpa ikatan, sehingga patut dijadikan kebutuhan permanen. Resiko perilaku seks bebas, seperti kehamilan dan tercemarnya nama baik keluarga tidak lagi menakutkan, disamping karena peristiwa ini sudah biasa terjadi, juga karena kehamilan dapat dicegah melalui kebebasan penggunaan kontrasepsi (paling tidak, kondom sutra). Kebiasaan seks bebas dapat mengakibatkan orang semakin tidak mampu menahan birahinya yang sewaktu waktu mendesak, sehingga tidak mustahil terjadi perkosaan di mana-mana sebagaimana diketahui cenderung meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dari segi sosial-psikologis, perilaku seks bebas dianggap tidak mendatangkan beban tanggungjawab yang besar, dan tidak pula dirasakan sebagai pencemaran terhadap tradisi adat dan moral.Tentang kemungkinan terjadi depresi karena perasaan berdosa, penyesalan atau rasa takut terjangkitnya penyakit kelamin, semuanya tidak termasuk dalam perhitungan. Persepsi masyarakat terhadap perilaku seks cenderung menghalalkan seks atas dasar argumen saling suka, saling cinta, dan saling membutuhkan. Kondisi semacam ini mengisyaratkan suatu pengakuan terhadap penyelewengan hubungan (love affair) atau perselingkuhan baik sebelum atau sesudah menikah. Kondisi ini kemudian menempatkan posisi hubungan intimitas seks manusia mendekati persamaannya dengan perilaku seks pada binatang. Meskipun perilaku seks semacam ini masih tersembunyi, akan tetapi secara realistik diam-diam diakui, terutama bagi mereka yang tak mampu menahan nafsu seksnya dalam jangka waktu tertentu.Mungkin karena kesepian atau karena terperangkap dalam perkawinan yang tak bahagia, bisa juga karena ingin menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga.Gejala ini kemudian mendorong timbulnya gerakan sosial (social movement) dari kolektifitas kelompok untuk menegakkan pola perilaku seks bebas. Meskipun secara terselubung dalam jangka waktu tertentu, tetapi lama kelamaan akan membawa perubahan perilaku yang diakui oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai suatu kelaziman. Sepanjang hubungan seks itu mmasih dalam kerangka jaminan kepentingan bersama dengan sedikit mungkin beban tanggungjawab atas syarat syarat kontrak sosialnya, maka selama itu pula rutinitas hubungan seks akan berlangsung sebagai suatu kelaziman dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang ideal, tentu semua tindakan itu dapat dikategorikan sebagai jalan pintas yang mengotorkan jiwa, pikiran dan fisik karena mau tak mau ada perasaan tak layak, kotor, berdosa dan pengaruh negatifnya, baik terhadap hubungan perkawinan maupun terhadap masa depan remaja. Semua tindakan itu dapat menurunkan kesucian dan kemulyaan perkawinan, di samping dapat merusak sumber daya generasi muda. Perilaku seks bebas dapat membentuk struktur kemasyarakatan dalam status social yang rendah dalam kehidupan masyarakat.
B.     Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan kami bahas dalam kegiatan adalah sebagai berikut :
1.         Mengetahui  Pengertian Dan Faktor-Faktor Terjadinya Pergaulan Bebas ?
2.         Apa Dampak Pergaulan Seks Bebas Dan Bagaimana Solusinya ?

C.    Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1.         Tujuan
Kegiatan bantuan hokum ini bertujuan untuk :
a.         Untuk  mengetahui pengertian pergaulan bebas.
b.         Untuk mengetahui factor-faktor pergaulan bebas.
c.         Untuk mengetahui contoh-contoh pergaulan bebas.
d.         Untuk mengetahui dampak pergaulan bebas
e.         Untuk mengetahui solusi pergaulan bebas

2.         Manfaat
a.         Siswa mengerti dan paham tentang akibat pergaulan bebas
b.         Meningkatan kesadaran siswa tentang bahaya pergaulan bebas
c.         Mengurangi angka dari pergaulan bebas yang terjadi di kalangan pemuda pemudi dan para pelajar baik SMP maupun SMA/SMK sederajat.
  1. Metode Pelaksanaan
Metode pendekatan yang digunakan dalam tugas mata kuliah Bantuan Hukum Masyarakata yaitu Sosialisasi atau penyuluhan secara langsung  pengamatan proses pembelajaran di dalam kelas serta melalui analisis dokumen-dokumen dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan laporan.
  1. Pelaksanaan
Praktek Sosialisasi atau Penyuluhan ini dilaksanakan dari:

Tanggal Pelaksanaan               : 22 Mei 2014
            Waktu Pelaksanaan                 :Pukul 08.00 – selesai

  1. Lokasi Pelaksannan:
Tempat Pelaksanaan                : SMK Medika Kota Pekalongan

  1. Jadwal Pelaksanaan             :
No
Kegiatan
Tangal Pelaksanaan di Bulan Mei
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
1
Pembuatan Usulan




2
Perizinan




3
Sosialisasi Kegiatan




4
Penyuluhan




5
Pembuatan Laporan








  1.  Biaya Kegiatan
            Adapun Rencana Anggaran dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
No
Nama Barang
Harga
Unit
Jumlah
1
Konsumsi
5000
65
325.000
2
Kesektariatan
100
2
209.000
3
Dokumentasi
25.000
2
50.000
4
Perlengkapan




Tinta


18.000

MMT
80.000
(4mx1m)x1
88.000

Plakat
85.000
1
85.000
6
Transport
25.000
5
125.000
7
Kebersihan


50.000

Jumlah


Rp 950.000,-


Lampiran I
Biodata Pelaksana
Ketua



Lampiran II
Absense
Lampiran III
Surat Tugas
Lampiran III
Kuitansi
Lampiran IV
Foto Dikumentasi
Lampiran V
Data Materi





















BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

 A. Keadaan Fisik Sekolah
SMK Medika Kota Pekalongan terletak di Jl. Sriwijaya  No. 7  Pekalongan Barat

. Beberapa Fasilitas yang dimiliki SMK Medika Kota Pekalongan adalah sebagai berikut:
No
Fasilitas
Gambar
1
Halaman Depan
2
Depan Kelas
3
Halaman Dalam
4
Teras Kelas
5
Tempat Parkir
6
Mushola
7
Ruang Kelas
8
Laboratorium
9
Lab Komputer

Visi:
Menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan kejuruan di bidang kesehatan
 Misi:
  1. Mendidik, melatih, dan membimbing siswa untuk menjadi seorang yang kompeten di bidang kesehatan serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Mengembangkan dan meningkatkan kerjasama dengan seluruh pihak yang terkait dengan berlandaskan kepada saling memberi manfaat.
  3. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan menyenangkan demi keberhasilan proses belajar mengajar.
  4. Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler serta keterampilan lainnya yang mendukung kompetensi Kesehatan berbasis multimedia.
  5. Menjadi wadah yang menyenangkan bagi seluruh komponen sekolah baik siswa, guru maupun karyawan




Tujuan
Tujuan SMK-MEDIKA Pekalongan adalah sebagai berikut:
  1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berperasaan halus, berilmu, cakap, kreatif, inovatif, dan mandiri.
  2. Membentuk manusia berkualitas secara spiritual, emosional, intelektual, dan fisik, yang menguasai ilmu      pengetahuan, teknologi dan seni, serta memiliki sikap wirausaha
  3. Memberikan bekal kompetensi keahlian kejuruan kepada peserta didik untuk bekerja dalam bidang ketrampilan berbasis Kesehatan.
  4. Mendorong kepada peserta didik untuk berinovasi, berkepribadian yang kuat, melakukan pengembangan diri, disiplin serta menghasilkan karya nyata.
Budaya Sekolah
Disamping visi dan misi tersebut di atas, maka manajemen akan mengembangkan tata kelola manajemen sekolah yang baik (Good Governance) dengan mengembangkan nilai-nilai budaya sekolah “SMK” yang memiliki makna sebagai berikut:
  1. Selaras :           Manajemen sekolah dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar mendasarkan pada etos kerja yang tinggi dengan fokus utama menyelaraskanantara kemampuan spiritual dengan kemampuan di bidang kesehatan.
  2. Mandiri           :           Manajemen sekolah berupaya menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemandiriandalam mengaktualisasikan minat dan bakat yang dimiliki pendidik dan peserta didiknya
  3. Kepribadian    :           Manajemen sekolah selain berupaya menyelaraskan kemampuan spiritual dan intelektual, membangun jiwa yang mandiri, juga berupaya mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kepribadianyang kuat


Motto Sekolah
Dengan pengembangan nilai-nilai budaya sekolah “SMK” tersebut di atas, maka motto sekolah adalah “MEDIKA“ yang berarti Melayani, Disiplin , dan Menghasilkan karya Nyata.
  1. MElayani         :Dengan sumber daya manusia yang selaras, mandiri, berkepribadian, serta memiliki kompetensi yang tinggi  di bidang kesehatan, maka akan terbangun etos kerja yang inovatif untuk melakukan peningkatan kompetensi diri sesuai dengan perkembangan teknologi informasi saat ini  dengan mengedepankan pada prinsip-prinsip pelayanan prima.
  2. DIsiplin           :Dengan sumber daya manusia yang memiliki kepribadian kuat, maka akan terbangun sikap disiplin dalam menjalankan segala aktivitas sesuai dengan kompetensi yang dimiliki khususnya di bidang kesehatan.
  3. KArya Nyata  :Dengan sumber daya manusia yang memiliki etos kerja yang inovatif, dan mau melakukan peningkatan kompetensi secara disiplin maka akan menghasilkan karya nyata dalam kehidupan bermasyarakat.

 B. Keadaan lingkungan tempat sekolah latihan  
    A. Keadaan lingkungan SMK Medika Kota Pekalongan secara rinci adalah sebagai berikut :
Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah Gedung-gedung yang membatasi SMK Medika Kota Pekalongan adalah sebagai berikut:
1.      Barat               : Pemukiman Penduduk
2.      Timur               : Jalan Sriwijaya
3.      Utara               : SMP N 4 Kota Pekalongan  
4.      Selatan            : SMK Dwija Praja

  1. Kondisi Lingkungan Sekolah
a. Tingkat Kebersihan SMK Medika Kota Pekalongan mempunyai beberapa petugas kebersihan yang bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan sekolah. Baik kebersihan ruang kelapa sekolah, guru, tata usaha, kelas, laboratorium, perpustakaan, kamar mandi, serta halaman yang mengelilingi sekolah. Setiap kelas dibentuk regu piket untuk menjaga kebersihan kelas. Sekolah menyediakan tempat sampah yang diletakkan di depan ruang kelas. Tempat sampah pun dikelompokkan antara tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik. Peraturan sekolah juga mewajibkan warga sekolah menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Dengan demikian, kebersihan lingkungan sekolah selalu terjaga.
b. Jalan Penghubung dengan Sekolah SMK Medika Kota Pekalongan yang letaknya di tengah kota memudahkan siapa saja yang akan menuju sekolah ini. Jalan penghubung ini dapat ditempuh dengan semua kendaraan. Selain itu, banyak kendaraan umum yang melintas melalui SMK Medika Kota Pekalongan sehingga akses untuk mencapai sekolah tidak terlalu sulit.

c. Tingkat Kebisingan SMK Medika Kota Pekalongan berlokasi jauh dari pemukiman penduduk dan pusat-pusat perbelanjaan yang dapat menambah kebisingan lingkungan sekolah. SMK Medika Kota Pekalongan yang berada di kawasan komplek sekolah ini tidak terlalu ramai dengan rutinitas penduduk. Dengan demikian tingkat kebisingan di SMK Medika Kota Pekalongan dapat dikatakan rendah. Hal ini juga didukung oleh peraturan sekolah yang mendisiplinkan siswa dengan melarang siswa keluar kelas saat pelajaran sedang berlangsung. Siswa selalu tenang di dalam ruang kelas kecuali ketika waktu istirahat tiba dan pergantian jam pelajaran karena sistem pembagian ruangannya berupa moving class. Bangunan kelas yang tidak dekat dengan jalan raya juga menjadikan suasana belajar mengajar jauh dari suara bising kendaraan yang lewat. 
d. Sanitasi di SMK Medika Kota Pekalongan dapat dikatakan baik.Hal ini dapat dilihat dari setiap ruang baik ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang Tata Usaha (TU) perpustakaan dan ruang kelas mempunyai ventilasi yang baik. Selain itu walaupun letak SMK Medika Kota Pekalongan dekat dengan jalan raya tetapi tingkat polusi udaranya rendah karena di SMK Medika Kota Pekalongan bangunan yang digunakan sebagai kegiatan belajar mengajar berada cukup jauh dari jalan raya. Begitu juga dengan wc/kamar  mandinya, wc/kamar mandi di SMK Medika Kota Pekalongan dapat  dikatakan  layak.  Hal ini dapat dilihat dari keadaan wc/kamar mandinya bersih, air mengalir, dan saluran pembuangan yang lancar. Dari beberapa hal tersebut, maka SMK Medika Kota Pekalongan memiliki sanitasi yang baik. 
e. Masyarakat sekitar Masyarakat sekitar SMK Medika Kota Pekalongan cukup sepi. Hal ini dikarenakan letak sekolah yang berada di kawasan komplek sekolah dan perkantoran serta jauh dari pemukiman penduduk.
f. Penggunaan Sekolah Bangunan dan semua fasilitas yang tersedia di SMK Medika Kota Pekalongan hanya digunakan oleh SMK Medika Kota Pekalongan itu sendiri sebagai tempat belajar mengajar. Namun, pada malam hari gedung serbaguna disewakan untuk masyarakat umum. Pembagian jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMK Medika Kota Pekalongan antara hari biasa dengan hari puasa berbeda. Adapun rincian pembagian jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) disertakan dalam lampiran.
 g. Keadaan Guru dan Siswa
Jumlah guru SMK Medika Kota Pekalongan adalah 20 orang, dengan jumlah guru perempuan sebanyak 8 orang dan guru laki –  laki sebanyak 12 guru yang mengampu masing –  masing mata pelajaran.
 h. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hal yang penting dan mendasar yang harus dilakukan dalam lingkungan sekolah serta harus dijaga. Keberhasilan belajar mengajar serta program-program di sekolah juga ditentukan oleh komunikasi serta interaksi warga sekolahnya. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari kegiatan sekolah dan membuat nyaman semua warga SMK Medika Kota Pekalongan, maka hubungan interaksi antar warga sekolah dijalin dengan baik.

A. Interaksi Intern Sekolah
1. Dari pihak Kepala Sekolah dengan guru, Kepala Sekolah secara rutin mengadakan koordinasi dengan pihak guru maupun karyawan dalam berbagai hal yang bersangkutan dengan kegiatan sekolah, serta masalah-masalah yang ada. Hal ini terlihat pada setiap hari Rabu, kepala sekolah beserta guru berkumpul dalam rangka pembinaan sekolah untuk membahas masalah yang ada di sekolah dan diselesaikan secara bersama-sama. Selain itu Kepala Sekolah dan Guru saling memberi gagasan dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. 

2. Dari pihak Guru dengan Guru Interaksi yang terjalin antara pihak guru dengan guru berjalan sangat baik, keramah-tamahan selalu ditunjukan kepada semua warga sekolah. Sikap kekeluargaan juga ditunjukan dengan adanya kegiatan pada moment-moment tertentu misal pada kegiatan Syawalan, dimana dari pihak Guru bersama dengan keluarga saling berkumpul dan bersilaturahmi yang juga melibatkan perwakilan dari siswa. Namun ada sebagian guru yang kurang begitu cocok antara guru yang satu dengan guru yang lain, hal ini sebagian besar disebabkan adanya perbedaan pandangan atau pendapat.

3. Antara Guru-guru dengan Siswa Hubungan antar guru dengan siswa terjalin sangat baik dan sangat  bersahabat. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang bertemu guru di lingkungan sekolah, guru kelihatan sangat akrab dengan siswa tentunya dalam batasan yang wajar. Setiap pagi beberapa Guru BK berdiri di depan pintu gerbang untuk menyambut siswa dan memberi salam. Hal ini bertujuan untuk membangun ahlakhul karimah dan mewujudkan pendidikan yang berkarakter. Tujuan lain dari kegiatan itu adalah untuk mengontrol ketertiban siswa, seperti atribut sekolah dan perilaku sehari-hari.

4. Di antara Para siswa Interaksi sosial yang terjadi pada siswa SMK Medika Kota Pekalongan Sebagian besar dapat hidup harmonis. Namun terkadang siswa bergaul membentuk kelompok sendiri sesuai dengan kecocokan mereka. Meskipun mereka kadang berkelompok namun diantara mereka tidak ada yang berselisih satu sama lain, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perkelahian antar siswa di dalam lingkungan sekolah. 5.Para Guru dengan staf TU Hubungan yang terjadi antar guru dan Staf TU di SMK Medika Kota Pekalongan berjalan sangat baik. Di sekolah ini tidak membedabedakan status antara guru dan staf karyawan, semua saling menghormati dan membantu dalam meningkatkan kemajuan SMK Medika Kota Pekalongan. Untuk lebih mengakrabkannya, setiap ada kegiatan di sekolah baik apel pagi maupun kegaiatan pada waktu-waktu tertentu selalu melibatkan kerja sama antara guru dan staf TU. Kerja sama antara staf TU dengan Guru juga terlihat dari surat dinas untuk guruguru di sekolah dibuat oleh TU.

 B. Interaksi Ekstern Sekolah

1. Sekolah dengan orang tua Pihak sekolah akan mengundang orang tua siswa untuk menjalin komunikasi yang baik, diantaranya pada saat penerimaan siswa didik baru, rapat pleno dan pada saat pengambilan raport. Selain itu pihak sekolah juga akan mengundang orang tua siswa, apabila ada peserta didik yang mempunyai masalah baik secara administrasi maupun perilaku selama belajar di sekolah.

2. Sekolah dengan masyarakat Hubungan SMK Medika Kota Pekalongan dengan masyarakat sekitar terjalin dengan baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya penerimaan peserta didik baru diutamakan dari masyarakat sekitar dan pada saat Hari Raya Idul Adha pihak sekolah juga membagikan hewan kurban kepada masyarakat sekitar.

3. Sekolah dengan dunia usaha atau industri Hubungan SMK Medika Kota Pekalongan dengan dunia industri dapat dilihat dari kegiatan praktek kerja industri (PRAKERIN) yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak. Pihak sekolah dapat  memberikan pengalaman kepada siswa tentang penerapan teori yang sudah didapat di dalam kelas pada dunia kerja yang nyata. Sementara untuk pihak industri dapat memperoleh tenaga kerja tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Daftar tempat prakerin SMK Medika Kota Pekalongan terlampir.

4. Sekolah dengan Alumni Hubungan pihak sekolah dengan para alumni terjalin sangat baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya: Para alumni mendirikan mini market di lingkungan sekolah yang menyediakan kebutuhan bagi seluruh warga sekolah dan dapat dijadikan tempat praktek bagi siswa, setiap hari Raya Idul Adha alumni memberikan hewan kurban untuk sekolah. Selain itu hubungan personel beberapa alumni dengan beberapa Guru juga terjalin harmonis hal ini dikarenakan sebagian dari alumni menganggap guru mereka sebagai orang tua mereka sendiri. 

i. Tata tertib Sebagai upaya untuk mewujudkan atmosfer akademis yang baik SMK Medika Kota Pekalongan mempunyai sejumlah tata tertib baik untuk siswa, maupun guru dan karyawan yang harus dipatuhi. Setiap pelanggaran terhadap tata tertib yang ada akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Siswa-siswa yang bermasalah atau seringkali melanggar tata tertib ditangani oleh pihak-pihak yang telah ditentukan.

















BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
             Dari hasil pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Bantuan Hukum Masyarakat mengenai tugas-tugas guru dan staf sekolah lainnya sebagai rangkaian kegiatan observasi dan orientasi kegiatan sekolah, maka penyusun memberikan simpulan antara lain sebagai berikut:
  1. Kegiatan proses pembelajaran dilaksanakan secara terpadu dan  berkesinambungan dengan mengacu pada kurikulum KTSP yang berlaku dengan dukungan sarana belajar yang memadai dan kualitas guru yang kompeten dan profesional.
  2. Guru sebagai pendidik tidak hanya melaksanakan tugas sebagai pengajar tetapi juga melaksanakan tugas yang berkaitan dengan administrasi guru.

B. Saran
Sama halnya dengan sekolah lain, SMK Medika Kota Pekalongan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sekolah hendaknya dapat lebih mempersiapkan diri, khususnya mempersiapkan siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan sistem yang baru ini.  Para guru hendaknya dapat lebih memanfaatkan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada, khususnya media pembelajaran secara maksimal.Selain itu, hendaknya setiap guru dapat mengembangkan jenis media tertentu agar dapat memberikan stimulus kepada siswa sekaligus membantu mempermudah pemahaman siswa terhadap mata pelajaran.














Post title : LPJ bantuan hukum masyarakat
URL post : http://didiklaw.blogspot.com/2014/06/lpj-bantuan-hukum-masyarakat_3.html

0 komentar:

Show Emoticons

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :q: :s:

Posting Komentar